Bismillaah
Ini adalah cerita tentang anak laki-laki kesayangan..
Lahir pada tanggal 12 Robiul Awal 1435..
Tak terasa sekarang usianya sudah masuk tahun ke-2..
Ada banyaak sekali penyesalan dalam hati ini..
Dia sudah tidak ASI sejak usianya 1 tahun, padahal tidak ada
kendala dari umminya.
Dia juga terdiagnosis ada benjolan di kelenjar getah bening yang
mengarah pada indikasi TB. Dia harus mengkonsumsi obat selama 9 bulan. Kakaknya,
yang hanya selisih 3 minggu juga mengalami hal serupa, yang terserang bukan
lagi kelenjar getah bening, namun infeksi paru-paru.
Flashback 5 tahun lalu, umminya pun sempat terserang
penyakit yang sama, bahkan harus menjalani biopsi karena benjolannya merajalela
selain di leher juga ke bagian bawah dagu dan ketiak. Beberapa kakak-kakaknya
pun (anak-anak suami dari istrinya yang lain) juga terserang penyakit yang
intinya sama. Bahkan ada yang sampai menyerang otak. Kami sampai saat ini belum
mengetahui mengapa virus itu menyerang sebagian dari kami.
Hal-hal inilah yang membuat aku merasa belum bisa menjadi
ibu yang baik...
Kadang, ketika dia tantrum, aku pun ikut tantrum. Seolah lupa bahwa dulu aku menanti
kehadirannya sekian lama.
Aku melahirkan di bidan dekat rumah orangtua. Aku kala itu
sangat khawatir jika harus melahirkan di rumahku, sementara suami misalnya
tidak bisa selalu menemani. Dan aku berpikir, siapa yang akan membantuku pasca
melahirkan, jika di rumah orangtua akan banyak orang yang bersedia.
Usia 2 bulan aku membawa pulang bayiku dan belajar mengurus
segala sesuatunya sendiri. Hal ini berlangsung sampai usia bayiku 1 tahun.
Semua berjalan normal alhamdulillah.. Pertumbuhan bayiku sangat baik. Dan aku
selalu membawa bayiku ke majelis-majelis ilmu.
Selama 2 bulan pertama usianya, segala hal berkenaan dengan
pekerjaan rumahtangga dikerjakan oleh ibuku. Kecuali beberapa kecil saja yang
kukerjakan sendiri. Aku pikir, ini adalah kesalahan pertamaku semenjak aku
menjadi seorang ibu. Seharusnya aku tidak boleh manja seperti ini.
Sebulan pertama aku tinggal di rumah bersama bayiku, aku
begitu fokus menggunakan cloth diaper. Menggunakan pospak (popok sekali pakai) sesekali
saja ketika kami akan bepergian. Setiap hari cucianku menggunung, tapi itu
tidak masalah, aku mengerjakannya dengan suka hati. Sampai kemudian aku ingat
ada kesempatan untuk mengikuti kuliah online. Aku memang berencana untuk ikut
program Master secara online. Tahun sebelumnya aku mengikuti program Diploma
dan sudah mendapatkan sertifikatnya, aku ingin sekali melanjutkan ke program s2
karena secara latar belakang aku sudah mendapatkan gelar untuk s1 nya walaupun
berbeda jurusan. Aku menganggap ini adalah peluang yang sangat bagus untuk
menggapai cita-citaku melanjutkan studi, karena dengan segala keterbatasan
waktu dan tempat rasanya tidak mungkin jika aku harus mengikuti kuliah offline.
Usia bayiku 3 bulan ketika aku mendaftarkan diri di program
Bridge to Master di Islamic Online University, sebuah program khusus untuk
peserta didik yang ingin melanjutkan s2 jurusan Islamic Studies tapi memiliki
latar belakang s1 dari jurusan yang berbeda. Awalnya semua berjalan baik-baik
saja. Perasaan terganggu saat belajar tidak begitu mempengaruhiku. Bahkan aku masih
melanjutkan kelas Tahsin-Tahfizh di lingkungan tempat tinggalku.
Tapi yang aku sayangkan saat ini adalah ketika itu aku
memang kurang concern terhadap perkembangan bayiku. Aku ingat betul aku kurang
variatif dalam memberikan MPASI. Aku terkesima dengan para ibu yang membagikan
resep MPASI yang beraneka ragam. Aku bahkan tidak tahu jika menu MPASI bisa
banyak sekali pilihannya. Aku sangat menyesal, padahal aku bisa saja googling
informasi seperti ini, tapi saat itu waktuku habis untuk menyelesaikan
tugas-tugas kuliah. Ternyata aku egois.
Tapi sungguh aku berkeinginan kuat untuk menimba ilmu,
apalagi ilmu agama. Dua semester sudah aku menjadi mahasiswi IOU sekaligus
menjadi siswi program Tahfizh. Aku ingin menjadi pendidik pertama yang baik bagi
anak-anakku kelak. Alhamdulillah segala sesuatunya lancar.
Sampai akhirnya ketika masa sewa rumahku harus diperpanjang,
aku meminta pada suami untuk pindah ke kota orangtuaku tinggal. Sebelum
mendapatkan rumah untuk ditempati, aku tinggal bersama orangtuaku. Tujuannya
agar bayiku ada teman, dan aku bisa lebih fokus dengan pekerjaanku. Suami pun
setuju karena beliau juga ada rencana ekspansi usaha. Aku sibuk mengurusi
kepindahan, aku tinggalkan bayiku di rumah orangtua.
Lima hari aku di rumah, setibanya kembali aku menemui
bayiku, dia sudah tidak mau lagi menerima ASI. Aku biasa saja saat itu, karena
aku berpikir hitung-hitung latihan. Beberapa bulan lagi dia akan kutinggalkan umroh
selama kurang lebih 1 bulan dan aku ada rencana mengikuti program dauroh hafal
quran 1 bulan. Di sisi lain aku berharap juga semoga dengan lepas ASI ini aku
dikaruniai momongan lagi. Memang kemudian aku dan suami berangkat umroh. Kami
di Saudi kurang lebih 35 hari. Bayiku tinggal bersama neneknya. Tidak ada
masalah alhamdulillah. Tapi aku tidak jadi ikut program daurohnya, karena ada
beberapa kendala. Dan aku pun masih belum dikaruniai momongan lagi, baru
sekarang aku sedang menjalani program hamil yang ke-2 insyaAllaah. Sampai sini,
aku merasa begitu menyesal. Harusnya dulu aku tidak melepas ASI begitu saja.
Bukankah ASI juga bisa diberikan dengan menggunakan botol. Aku sangat kudet
untuk hal semacam ini, tidak terpikirkan bagaimana caranya. Bahkan aku tidak
menyempatkan diri untuk googling masalah ini, padahal biasanya aku
selalu mencari informasi dari internet.
Pindah ke rumah orangtua tidak lantas membuat aku menjadi
fokus pada kuliahku. Aku justru terinspirasi dari tulisan seorang teman
mengenai bisnis online. Dia seorang penulis, juga menggeluti dunia per-OnlineShop-an.
Aku jadi termotivasi. Beberapa tahun ke belakang aku memang mengelola sebuah
web toko online. Tapi itu tidak begitu berkembang. Aku bahkan rela begadang
demi menjalankan pekerjaan mengetik captcha dan mengerjakan survey online yang
bayarannya tidaklah seberapa. Boleh dibilang aku belum punya ilmunya saat itu,
bagaimana meraup rezeki dari internet. Setelah masa trial and error
jualan di internet, aku hanya mengandalkan internet untuk googling,
kuliah online dan belanja. Aku memang memasarkan program umroh backpacker
itikaf di internet, yang pelaksanaannya satu tahun sekali yaitu saat bulan Romadhon.
Alhamdulillah peminatnya cukup banyak. Tapi aku masih merasa perlu untuk
mencari income dari bisnis lain. Membaca pengalaman temanku itu, membuat aku
semangat kembali. Dan aku ikut memasarkan produk yang dimiliki temanku.
Hasilnya luar biasa. Aku tidak menyangka bisa begitu cepat masuk pasar media
sosial dan marketplace.
Semenjak saat itu, sampai hari ini aku begitu terobsesi
dengan berjualan online. Dua bulan aku menjadi tim marketing temanku. Bulan ketiga
aku mulai stock sendiri. Begitu terus sampai aku berangkat umroh, aku
disibukkan dengan urusan jualan online.
Suatu saat aku mendapati benjolan di leher bayiku, aku jadi
teringat benjolan di leherku dulu. Aku sudah bersih alhamdulillah sudah sempat
tes darah & rontgen pasca terapi. Aku juga tidak tahu darimana virus itu
tumbuh di tubuh bayiku. Akhirnya kami bawa bayiku cek mantoux, hasilnya
positif. Sekarang masih tinggal 2 bulan lagi dia harus minum obat rutin setiap
hari.
Pengobatannya tidak cukup hanya 6 bulan, padahal kalau
kondisi membaik biasanya 6 bulan cukup. Bayiku harus menjalani pengobatan
selama 9 bulan. Miris. Padahal anak pertama.
Aku merasa menjadi ibu terbodoh. Aku kemarin masih sempat
melanjutkan semester ketiga di IOU, namun ketika jadwal midterm exam tiba, aku
blank, ngga fokus karena sedang sibuk berjualan online. Akhirnya aku mundur.
Padahal sudah bayar. Semester berikutnya aku off. Tapi tetap saja ngga
menyerah, aku ikut program bahasa Arab online yang diselenggarakan yayasan
Islam di Indonesia. Tapi lagi-lagi aku stuck, aku mundur. Padahal sudah
bayar juga. Kemudian aku off beberapa waktu. Dan aku dapatkan ada informasi
pelatihan menulis. Aku ingin sekali menulis buku. Biayanya cukup murah. Aku pun
mendaftar. Tapi di hari ke-4 aku hang. Lagi-lagi aku mundur. Aku terlalu
terobsesi dengan keinginanku sendiri.
Sekarang aku tidak sedang mengikuti program apapun. Tapi aku
masih mengejar target penjualan online. Ini bukan tentang ego, tapi aku ingin
punya income tambahan untuk memberikan apa saja yang terbaik untuk anakku. Mainan,
buku-buku dan lain sebagainya.
Aku juga berharap diberi momongan lagi dalam waktu dekat.
Aku ingin memperbaiki semuanya. Bahkan sekarang aku untuk mencari resep masakan
pun aku googling. Aku ingin menjadi ibu terbaik untuk anak-anakku.
Semoga..
0 Komentar untuk "Anak Lelakiku"